Blog and News
Information Architecture: Kunci Navigasi Website yang Efektif
Pernahkah Anda menemukan website dengan menu yang terlalu berbelit, informasi yang terlalu banyak ditampilkan di satu halaman, hingga tidak bisa menemukan informasi yang dibutuhkan? Kondisi ini merupakan contoh desain information architecture yang kurang bagus. Information architecture sendiri adalah ilmu dalam mengatur dan menyusun informasi agar mudah dipahami, ditemukan, dan digunakan.
Tanpa struktur informasi yang baik, pengguna dapat merasa frustasi hingga memutuskan untuk tidak mengunjungi website tersebut. Perusahaan juga berisiko mengalami penurunan konversi dan pendapatan hingga merusak reputasi di mata pelanggan, maupun klien. Maka dari itu, information architecture sangat dibutuhkan untuk menyusun informasi dan navigasi yang mudah dipahami pengguna. Kenali apa itu information architecture, manfaatnya, dan proses pembuatannya!
Apa yang Dimaksud dengan Information Architecture?
Information architecture (IA) adalah disiplin ilmu dalam pengembangan software yang berfokus dalam menyusun struktur informasi di dalam produk digital, seperti aplikasi dan website. Konsep dalam information architecture meliputi komponen seperti pengaturan, pelabelan, navigasi, isi konten, alur pencarian, dan sistem pencarian di dalam website dan aplikasi. Tujuan utama dari IA adalah menyusun konten informasi dalam produk digital agar mudah dicari dan digunakan, sehingga pengguna dapat mengakses informasi yang dibutuhkan dengan baik.
Apa Saja Prinsip dalam Information Architecture?
Terdapat 8 contoh prinsip dalam information architecture yang digunakan sebagai acuan dalam menyusun informasi dalam produk digital dengan efektif. Beberapa prinsip tersebut adalah:
- Principle of Objects: Konten informasi perlu diperlakukan layaknya makhluk hidup dengan atribut tersendiri. Artinya adalah memahami karakteristik tipe-tipe konten (teks, gambar, video) serta caranya berinteraksi di dalam aplikasi atau website.
- Principle of Choices: Batasi opsi yang diberikan kepada pengguna. Hal ini bertujuan agar pengguna tidak kewalahan dengan banyaknya opsi yang muncul. Opsi yang diberikan haruslah relevan dengan tindakan yang dilakukan pengguna.
- Principles of Disclosure: Informasi yang ditunjukkan hanyalah informasi yang dibutuhkan pengguna serta secara bertahap.
- Principles of Exemplars: Prinsip ini menggunakan contoh untuk menjelaskan kategori. Contoh dapat berbentuk teks atau visual agar pengguna memahami maksud dari kategori tersebut.
- Principles of Front Doors: Setiap halaman perlu didesain layaknya “pintu masuk”. Artinya, terlepas dari mana pengguna masuk ke aplikasi atau website, pengguna harus bisa menemukan informasi yang diperlukan dengan cepat dan mudah.
- Principles of Multiple Classifications: Berikan berbagai cara untuk pengguna mengkategorikan dan mencari konten sesuai preferensi. Misal, pengguna bisa mencari informasi lewat tombol menu atau kolom pencarian.
- Principle of Focused Navigation: Sistem navigasi haruslah dibuat konsisten agar pengguna tidak merasa kebingungan.
- Principle of Growth: Information architecture harus mampu mewadahi konten-konten baru di masa depan tanpa harus melakukan desain ulang.
Mengapa Information Architecture Penting dalam Desain UI/UX?
Information architecture merupakan bagian penting dalam mewujudkan desain UI/UX yang efektif. Beberapa manfaat yang diberikan information architecture terhadap pengembangan desain UI/UX adalah:
Meningkatkan Pengalaman Pengguna
Information architecture tidak hanya didesain agar informasi lebih mudah dicari, tetapi juga menyederhanakan informasi yang kompleks agar lebih mudah dicerna. Hal ini sangat penting untuk mewujudkan pengalaman pengguna yang memuaskan saat memakai aplikasi atau website. Pengguna dapat menemukan informasi yang dibutuhkan dengan struktur dan pengaturan informasi yang efisien dan mudah dicari tanpa harus takut merasa frustasi.
Memfasilitasi Penyelesaian Tindakan dari Pengguna
Pengguna dapat menyelesaikan tindakan di dalam aplikasi atau website dengan mudah jika informasi ditampilkan sesuai dengan kebutuhan mereka. Misal, pengguna dapat menggunakan fitur filter untuk memilih produk yang ingin dibeli sesuai preferensi. Hal ini tidak hanya meningkatkan pengalaman pengguna, tetapi juga mendorong konversi pembelian.
Mengurangi Cognitive Overload
Cognitive overload terjadi ketika pengguna disuguhkan oleh informasi yang terlalu banyak untuk dicerna, sehingga memicu kewalahan dan sulit mengambil keputusan. Information architecture dapat mengurangi cognitive overload dengan mengkategorikan informasi dan membatasi pilihan yang muncul pada pengguna. Navigasi yang sederhana dan kategori yang jelas membantu pengguna lebih fokus dalam menggunakan aplikasi atau website.
Seperti Apa Proses Pembuatan Information Architecture?
Information architecture perlu melalui serangkaian langkah untuk mewujudkan struktur informasi yang jelas dan mudah ditemukan. Beberapa langkah dalam proses pembuatan IA adalah:
Pahami Kebutuhan Pengguna
Langkah pertama adalah berfokus pada kebutuhan pengguna yang akan memakai website atau aplikasi. Lakukan user research dan buat user persona untuk memahami siapa audiens yang dituju, target mereka, dan tugas yang ingin diselesaikan dengan produk digital Anda.
Sebagai contoh, orang dewasa muda banyak mencari aplikasi dompet digital untuk memudahkan alokasi dana darurat atau tabungan. Insight seperti ini dapat dikumpulkan melalui metode seperti survei, wawancara, atau data analytics.
Tentukan Target Bisnis
Setelah memahami kebutuhan pengguna, tentukan target bisnis yang ingin dicapai melalui produk digital yang dibuat. Nantinya, information architecture yang dibuat perlu sejalan dengan target bisnis atau key performance indicator yang ditentukan. Misal, perusahaan ingin menambah pengguna baru atau meningkatkan penjualan. Penetapan metrik juga perlu dilakukan untuk mengukur keberhasilan information architecture yang dibuat.
Buat Inventaris Konten
Membuat inventaris konten artinya membuat katalog untuk semua konten digital yang ada. Inventaris dapat mencakup daftar halaman yang ada, judul halaman, URL, jenis konten, maupun usia halaman tersebut. Konten dan halaman yang sudah dimasukkan dalam inventaris dapat dikelompokkan berdasarkan kategori tertentu.
Buat Sitemap
Sitemap adalah representasi visual dari struktur konten di dalam website. Representasi ini memperlihatkan tingkatan dan hubungan antara berbagai halaman, section, dan elemen konten. Misalnya, kategori paling atas adalah “Halaman Utama” dengan kategori di bawahnya seperti “Produk”, “Layanan”, hingga “Hubungi Kami”. Sitemap dapat berbentuk diagram bertingkat yang menunjukkan kategori berbeda dengan sub-section di bawahnya.
Buat Sistem Navigasi dan Alur Pengguna
Sistem navigasi pada sebuah website menunjukkan bagaimana berbagai halaman berbeda dapat terhubung satu sama lain. Misal, beberapa konten atau halaman hanya bisa diakses dengan mengunjungi halaman tertentu. Navigasi dalam website haruslah jelas dan terstruktur, mulai dari menu, fungsi pencarian, hingga elemen navigasi lainnya untuk membantu pengguna mencari informasi yang dibutuhkan.
Buat Wireframe
Wireframe berfungsi untuk melihat alur pada struktur website tanpa harus terganggu elemen desain seperti gambar dan warna. Pengujian information architecture dapat dilakukan untuk melihat apakah struktur sudah sesuai dengan kebutuhan. Tahap ini juga menguji skenario pengguna saat memakai website. Kesalahan atau kekurangan apapun dapat diidentifikasi dari perspektif pengguna dan diterapkan iterasi sesuai kebutuhan.
Siap Bangun Struktur Informasi yang Efektif di Website? PhinCon Solusinya!
Merancang struktur information architecture dengan jelas, intuitif, dan efisien sangat penting untuk menciptakan pengalaman pengguna yang luar biasa saat memakai website. PhinCon dengan solusi UI/UX handal siap membantu dalam mewujudkan struktur informasi yang optimal untuk website Anda.
Tim UI/UX PhinCon adalah tenaga profesional dan berpengalaman dalam mendesain aplikasi yang kompleks, mulai dari super apps, banking apps, medical services, telecommunication service, e-commerce, hingga transformasi digital untuk proses in-house. PhinCon memastikan bahwa aplikasi atau website yang didesain dapat sesuai dengan kebutuhan pengguna maupun perusahaan.
Jadi, tunggu apalagi? Hubungi kami melalui email marketing@phintraco.com untuk informasi lebih lanjut tentang solusi UI/UX dari PhinCon!
Editor: Cardila Ladini