Blog and News

03 October 2024 Muhammad Iqbal Iskandar

Cloud Native: Pengembangan Aplikasi dengan Komputasi Cloud

Pengembangan aplikasi kini menjadi salah satu ujung tombak utama bagi setiap bisnis untuk tetap relevan. Setiap perusahaan harus bisa berinovasi agar tetap kompetitif dan menjadi pilihan utama pelanggan. Hal ini dapat dicapai salah satunya dengan cara mengembangkan aplikasi yang bisa beradaptasi dengan cepat dan efisien. Salah satu solusinya adalah dengan teknologi cloud native.

Cloud native merupakan salah satu pilihan yang dapat digunakan oleh perusahaan dalam mengembangkan sebuah aplikasi, terutama untuk perusahaan yang membutuhkan aplikasi yang adaptif dan responsif. Artikel ini akan membahas teknologi cloud native secara detail mulai dari definisi, kapan perusahaan harus berpindah ke native cloud, bagaimana cara kerjanya, apa saja karakteristiknya, serta apa manfaatnya untuk bisnis. Simak artikel berikut ini untuk mengetahui informasi selengkapnya!

Apa itu Teknologi Cloud Native?

Cloud native adalah sebuah konsep untuk membangun dan menjalankan aplikasi dengan memanfaatkan komputasi terdistribusi yang ditawarkan oleh model cloud delivery. Aplikasi native cloud secara khusus dirancang dan dibangun untuk bisa memanfaatkan skala, elastisitas, ketahanan, dan fleksibilitas yang juga disediakan oleh teknologi cloud.

Berdasarkan definisi dari Cloud Native Computing Foundation atau CNCF, teknologi native cloud ini dapat memberdayakan perusahaan untuk bisa membangun dan menjalankan aplikasi yang dapat diskalakan di jenis cloud publik, privat, atau hybrid. Hal ini dapat memungkinkan tim developer untuk membangun dan mengelola aplikasi dengan lebih fleksibel dan efisien.

Teknologi native cloud menggunakan arsitektur container seperti Kubernetes untuk mengelola aplikasi yang terdiri dari beberapa layanan mikro yang independen (microservices). Kontainer ini dapat membuat aplikasi dapat di-porting dengan mudah antar penyedia cloud.

CNCF juga membagi komponen teknologi ini menjadi beberapa blok seperti infrastruktur permanen, microservices, API deklaratif, container, dan mesh service. Komponen-komponen ini penting bagi arsitektur native cloud secara keseluruhan untuk memungkinkan aplikasi berjalan secara fleksibel dan dapat diskalakan.

Cloud Automation : Solusi Tingkatkan Skalabilitas Ekosistem IT

Kapan Perusahaan Harus Bermigrasi ke Cloud Native?

Terdapat beberapa faktor pendukung mengapa perusahaan perlu bermigrasi ke teknologi cloud ini. Umumnya, perusahaan harus bermigrasi ke cloud jika perusahaan ingin meningkatkan efisiensi dan fleksibilitas dalam pengembangan aplikasi. Berikut ini adalah beberapa indikasi bahwa perusahaan perlu bermigrasi ke teknologi ini:

Kebutuhan akan Skalabilitas

Jika perusahaan membutuhkan aplikasi yang dapat menangani kenaikan traffic secara dinamis dan bersifat adaptif terhadap perkembangan lainnya di masa depan, maka itu adalah saat yang tepat bagi perusahaan untuk bermigrasi ke teknologi ini.

Aplikasi dengan teknologi ini dapat diskalakan secara otomatis. Hal ini membuat perusahaan dapat memenuhi dan menyesuaikan kebutuhan sumber daya yang terus meningkat seiring dengan berjalannya waktu.

Perpindahan antar Cloud

Jika perusahaan ingin memindahkan aplikasi-aplikasi dan sistem antar cloud provider, maka teknologi ini sangat disarankan. Teknologi kontainer dan orkestrasi seperti Kubernetes membuat aplikasi jenis ini dapat dipindahkan antar cloud provider dengan mudah tanpa perlu modifikasi yang signifikan.

Hal ini sangat penting untuk perusahaan yang ingin memiliki fleksibilitas dan portabilitas dalam mengelola infrastruktur mereka.

Migrasi Cloud: Perpindahan Data dan Sistem Antar Cloud

Penghematan Biaya

Perusahaan yang ingin menghemat biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mengelola sumber daya yang digunakan untuk aplikasi dapat bermigrasi ke teknologi berbasis cloud. Teknologi ini dapat membantu perusahaan untuk menghemat biaya dan membayar hanya untuk sumber daya yang digunakan.

Penggunaan teknologi ini dapat menghemat biaya operasional dan biaya infrastruktur, ditambah dengan penggunaan kontainer yang lebih ringan dan efisien.

Bagaimana Cara Kerja Cloud Native Computing?

Native cloud computing merupakan lingkungan atau platform untuk melakukan pengembangan dan deployment untuk aplikasi berbasis cloud. Aplikasi berbasis cloud ini sendiri  merupakan layanan independen yang dikemas sebagai kontainer mandiri (self-contained) dan ringan serta dapat ditingkatkan (internal dan eksternal) secara cepat sesuai dengan permintaan.

Proses enkapsulasi semua aspek aplikasi ke dalam sebuah kontainer ini memungkinkan isolasi aplikasi dan ketergantungannya terhadap infrastruktur yang mendasarinya. Hal ini memungkinkan penggunaan aplikasi yang terkontainerisasi ini di lingkungan apa pun selama memiliki mesin container runtime. Orkestrasi kontainer Kubernetes ini penting karena hal inilah yang digunakan untuk mengelola siklus hidup kontainer lainnya.

Aplikasi berbasis cloud umumnya dikirimkan melalui pipeline DevOps yang mencakup alat integrasi berkelanjutan dan pengiriman berkelanjutan (CI/CD). Pipeline CI/CD (Continuous Integration/Continuous Delivery) ini penting karena berperan untuk mengotomatisasikan pembuatan, pengujian, serta penerapan aplikasi cloud native.

Apa Saja Karakteristik Aplikasi Cloud Native?

Aplikasi yang didesain dengan pendekatan berbasis cloud memiliki beberapa ciri khas yang membedakannya dari aplikasi dengan pendekatan pengembangan biasa. Berikut ini adalah beberapa contoh karakteristik utama dari aplikasi berbasis cloud beserta penjelasannya:

Kontainerisasi

Kontainerisasi merupakan pendekatan yang membagi aplikasi menjadi unit-unit kecil yang independen atau disebut juga sebagai ‘kontainer’. Teknologi ini merupakan aspek penting dalam pendekatan berbasis cloud. Kontainer dapat memuat semua yang aplikasi butuhkan untuk bisa berjalan, mulai dari kode, dependensi, hingga library. Semua hal tersebut dapat dijalankan secara konsisten di berbagai jenis lingkungan.

Arsitektur Microservice

Arsitektur microservice membagi aplikasi menjadi berbagai layanan kecil yang terpisah dan memiliki fungsi mandiri untuk dikelola secara mandiri pula. Pendekatan ini memberikan fleksibilitas tinggi dalam pengembangan aplikasi. Developer dapat mengubah berbagai bagian aplikasi tanpa mempengaruhi keseluruhan kondisi sistem.

Pengembangan Berbasis CI/CD

Continuous integration (CI) dan continuous delivery (CD) merupakan praktik pengembangan, pengujian, dan penyebaran aplikasi secara otomatis dan berkelanjutan. Hal ini penting sebagai pondasi untuk mempercepat siklus hidup pengembangan atau software development life cycle (SDLC). Setiap perubahan kode, pengujian, dan pengintegrasian ke dalam database utama dilakukan secara otomatis.

DevOps dan Infrastruktur Kode

Pendekatan cloud ini kerap menggabungkan konsep DevOps yang mengintegrasikan tim development dan operasional dalam mengembangkan, menguji, dan menyebarkan aplikasi. Salah satu prinsip utama DevOps, yaitu infrastructure as code (IaC) memungkinkan infrastruktur cloud untuk dikelola dan dikonfigurasi dengan cara yang sama seperti kode perangkat lunak. Hal ini membuat pengelolaan infrastruktur menjadi lebih konsisten dan dapat dijalankan secara otomatis.

Apa Saja Manfaat Penerapan Cloud Native Architecture?

Terdapat beberapa keunggulan dan manfaat utama dari penerapan arsitektur cloud native dalam pengembangan aplikasi. Berikut ini adalah beberapa manfaatnya:

Skalabilitas Tinggi

Skalabilitas merupakan kelebihan utama dari arsitektur native cloud, hal ini didukung dengan penggunaan microservices.  Pengembangan tiap layanan mikro yang independen memungkinkan penyesuaian skala yang lebih fleksibel dan dinamis.

Perpindahan antar Cloud Lebih Mudah

Penggunaan kontainer dalam aplikasi cloud  memungkinkan aplikasi untuk dipindahkan dengan mudah antara berbagai lingkungan cloud mulai dari private cloud hingga public cloud. Perpindahan ini juga dapat dilakukan antara penyedia layanan cloud yang berbeda tanpa perlu melakukan perubahan besar-besaran.

Keandalan Tinggi

Keandalan yang tinggi juga merupakan keunggulan utama dari aplikasi native cloud. Hal ini bisa terjadi karena setiap microservices berjalan secara terisolasi, sehingga kegagalan pada salah satu layanan tidak akan mempengaruhi kinerja layanan lainnya. Arsitektur jenis ini membuat aplikasi menjadi lebih tahan terhadap kegagalan (downtime) dan sekaligus meningkatkan uptime.

Ciptakan Pengembangan Aplikasi yang Efisien dengan Solusi Cloud Native Service dari PhinCon!

Teknologi cloud dapat meningkatkan efisiensi dan fleksibilitas perusahaan dalam mengembangkan aplikasi. Perusahaan harus memilih penyedia layanan cloud yang berpengalaman agar solusi cloud yang diterapkan bisa berjalan secara optimal.

PhinCon merupakan perusahan IT consulting & services yang dapat menyediakan layanan cloud terbaik untuk pengembangan aplikasi Anda. Solusi dari kami menggunakan kontainer dan orkestrasi seperti Kubernetes, serta cloud native database dan cloud native storage yang mumpuni untuk aplikasi dengan skalabilitas tinggi.

Hubungi marketing@phintraco.com untuk informasi lebih lanjut tentang cloud native service dari PhinCon!

Editor: Cardila Ladini